Berawal dari ajakan Mega, seorang backpacker yang saya kenal di pendakian gunung Gede bulan Mei 2010, saya dan 28 orang backpackers lainnya setuju untuk berangkat bersama menjelajah wisata yang ada di Ciamis. Wisata tujuan yang direncanakan adalah body rafting di Green Canyon, lanjut ke pantai Batu Karas, pantai Batu Hiu, melihat penangkaran penyu langka, Goa Citumang, pantai Pangandaran, dan kunjungan ke kampung Naga.
Perjalanan dimulai 16 Mei 2012 dari terminal Depok, berangkat menggunakan bus malam "Budiman" jurusan Depok - Pangandaran. Peserta yang berjumlah 30 orang didominasi oleh perempuan, 20 perempuan dan 10 laki-laki. Berlandaskan satu tujuan, keakraban mengalir begitu saja diantara kami. Kehadiran Mega sebagai kepala suku dari rombongan makin mencairkan suasana.
Kami tiba di Pangandaran sekitar pukul 08.00 pagi, dilanjutkan dengan naik angkutan pick up atau lebih sering dikenal sebagai angkutan "truk pasir" menuju lokasi yang akan menjadi destinasi pertama kami yaitu body rafting di sungai Cijulang yang melintasi Green Canyon sekitar 1,5 jam.
Sebagai backpackers, murah meriah adalah bagian dari prinsip perjalanan kami. Meski pantat terasa sakit akibat benturan truk dengan jalan yang tidak rata namun kelucuan-kelucuan yang terjadi menimbulkan perjalanan semakin seru.
Setiba di lokasi peristirahatan, kami mulai dengan sarapan dilanjutkan menggunakan perlengkapan body rafting. Dengan dipandu oleh 12 orang pemandu dari Guha Bau Body Rafting yang memprasaranai petualangan pertama ini, kami meneruskan perjalanan sekitar sejam dengan naik pick up dan sedikit trekking menuju Guha Bau, lokasi awal kami memulai body rafting.
Jujur, saya tidak bisa berenang. Kelemahan ini membuat saya sungguh menyesali atas ketidakmampuan saya. Meskipun menggunakan pelampung tapi petualangan ekstrim ini setidaknya membuat saya ketar-ketir. Hal ini karna body rafting telah dikenal sebagai salah satu olahraga ekstrim pemicu adrenalin. Dengan panjang trek sekitar 3 km atau setidaknya membutuhkan waktu lebih kurang 4 jam untuk menyelesaikan lintasan Green Canyon dibutuhkan kondisi tubuh yang fit. Arung jeram yang menggunakan tubuh semata wayang sebagai sarananya ini harus siap menghadapi resiko terbawa arus, terbentur bebatuan sungai, atau terminum berliter-liter air. Namun deengan adanya pemandu mengurangi kecemasan yang saya rasakan, sebab selain memandu mereka juga bertugas membantu kami melalui arus-arus deras yang tak biasa kami lewati terutama bagi pemula.
|
trekking |
Tubuh yang menggigil dan lelah akhirnya terpuaskan ketika kami tiba di lokasi Green Canyon. Tebing-tebing tinggi yang membentengi kami, mata air yang turun seperti gerimis hujan, dan kilauan matahari yang menyeruak dari balik rerimbunan pepohonan disekitar sungai memukau hati dan mata kami. Keindahan yang tak bisa kami ungkapkan hanya dengan sekedar kata...Green Canyon begitu mempesona, Indonesia adalah keindahan yang nyata. Untuk kesekian kalinya, saya bisa menatap keajaiban yang ada di dunia. Semua letih, ketakutan, tergantikan begitu saja. Puasss..hanya itu yang bisa saya gambarkan.
Green Canyon sendiri memiliki nama lain yaitu Cukang Taneuh yang berarti Jembatan Tanah. Green Canyon terletak
di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Jawa Barat. Jarak dari kota
Ciamis sendiri berjarak sekitar 130 km atau jika dari Pangandaran
berjarak sekitar 31 km.
Nama Green Canyon diketahui awalnya dipopulerkan oleh seorang warga Perancis pada
tahun 1993. Diduga nama Green Canyon bermula dari warna air sungai yang berwarna hijau tosca.
Petualangan ternyata belum selesai begitu saja, masih ada dua trek lagi yang harus kami lalui. Arus sungai yang berlevel medium saat itu, masih menantang untuk diterjang. Selesai melalui lintasan terakhir, kami sudah ditunggu perahu sewa dari EO, kami diangkut menuju dermaga peristirahatan.
|
dermaga penjemputan / tempat berakhirnya body rafting |