Jumat, 23 Maret 2012

Ziarah


Hari itu mendung. Langit diselubungi  awan gelap, pun akibat dilalui  kawanan burung  yang tiba-tiba harus bergegas pulang ke sarangnya. Hari masih siang, seharusnya matahari  sudah berada di tengah kepala tapi terik sama sekali tak datang menyapa. Anak-anak sekolah berlari-lari kecil, pulang menuju rumah...tak ingin sampai dalam kondisi basah.. Angin kencang menyeruak dimana-mana,, mendorong dahan, dan ranting,, menyebarkan dingin yang kini kurasa...Wusssshhhh....
Langkahku masih sama, pelan dan ringan, tak tergoda ancaman hujan. Sedang berpikir,, melamun persisnya...apa yang akan kukatakan bila aku tiba disana? Keringat dingin keluar deras membasahi tubuhku. Ragu itu semakin muncul, saat dihadapanku, sebuah plang besar menghadang didepan mata. Aku sudah tiba. Kala itu hujan belum juga turun.. Mungkin ini sekedar mendung,, mengatasnamakan perasaanku. Membuka cerita usang ku bersamanya.. Atas nama mendung...aku terkekeh dalam hati...sekaligus menggigil perih..
Semua orang di tempat ini telah pergi, penggali tanah, penjual bunga, pengurus makam, semua..mengungsi dari ancaman  langit.. Tempat ini begitu hening, kudekati sebuah gundukan tanah yang mulai merata, duduk bersimpuh disampingnya..dahiku berpeluh...ada namamu di sana ..lidahku kelu..sedikit berbisik mulai berkata dengan terbata-bata..
“Apa kabar?? Hari ini harimu.. aku tak pernah datang untukmu. Namun kali ini aku telah memberanikan diri.  Hari ini aku akan menghabiskan waktu denganmu..membayar hutang cerita yang kulalui saat kau tak ada.  Sengaja, aku bawakan mawar putih kesukaanmu,, kamu pasti suka! Aku juga pakai ikat pinggang  darimu...agghh..kamu  pasti bangga.!”
...Aku tersenyum sendiri...nafasku semakin sesak.. begitu banyak yang ingin kukatakan.
“Selepas dari tahanan..aku sudah mencoba mencari penggantimu,, tak ada nama yang sama denganmu, tak ada yang seheboh kamu, tak ada yang bisa memahamiku, tak ada yang seperti kamu..., SUNGGUH!”
Sebuah butiran kecil mengalir di pipi...rintik-rintik besar menyaingi....kini hujan turun  tak tepat waktu..membuatku panik sesaat, menggoyahkan kalimat yang telah kubuat untukmu..
“Maaf, karna aku salah. Maaf, karna kau tak salah. maaf, atas semua ini.... Maaf, karna aku yang telah membunuhmu ,,,sobatku!”
....Bumi terasa begitu datar, berputar,, gundukan  tanah seperti memerah darah, kamboja putih bagai menghujaniku dengan bunga-bunga layunya, rintik hujan seperti  ribuan  belati menghujam dada..tetesan itu bagiku, tangisanmu di alam sana.....semua menghukumku tanpa iba!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar