Kerap aku bertanya, benarkah aku telah terbenam dari duniamu? Seperti begitu mudahnya kau meninggalkan aku. Menghapus sidikku yang berhamburan di kaca itu. Kaca yang biasa kita gunakan untuk bertemu muka.
Sedikit saja..setidaknya terbersit seperti lintasan cahaya, dari matahari menuju bumi. Sedikit saja, setidaknya seperti lintasan kereta listrik yang melaju sepersekian detik. Sebentar saja, sesaat saja. Mengingatku saja.
Semua itu masih menyerangku . Berlarian, terpantul, terbolak-balik, bergerayang disetiap inci bagian otakku. Kau dimana-mana, ada di setiap lamunanku. Kau datang lalu pergi, hanya untuk mengobrak-abrik masa depanku. Yang kutau, kau telah melupakanku. Dan aku, masih saja mengingatmu.
Lalu, untuk apa ada angin?? yang seharusnya berhembus, meniup halus semua ingatanku. Ku mulai memaki matahari, yang panasnya tak bisa melelehkan jasadku segera. Ku mulai menimang hati, terlalu banyak menimang justru membuat bimbang. Maka, aku menyerah...merelakanmu melupakanku, merelakanku mengingatmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar