Rabu, 29 Agustus 2012

Amazing Rinjani


Adalah sebuah kekecewaan bagi saya ketika tapak ini tak mampu menjejak puncak yang saya damba-dambakan selama ini. Puncak Rinjani, 3726 meter dibawah permukaan laut yang akhir-akhir ini menjadi hal utama dalam pikiran saya. Persiapan fisik yang saya atur sedemikian rupa sebelum keberangkatan ternyata belum cukup untuk mengantarkan saya ke puncak impian. Dari jarak 3500-an mdpl, langkah saya terhenti karna kondisi fisik sudah tak memungkinkan lagi. Trek kerikil dengan kemiringan 75 derajat menutup semua harapan saya. Oksigen yang menipis di paru-paru, lutut yang mulai lemas, serangan hipotermia membuat kepala saya terasa mengantuk membuat saya kalah pada jalur letter E. Saya hanya bisa menatap puncak dengan wajah kuyu, tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang paling gagal.

Pendakian yang semula lancar, melewati jalur Sembalun, dengan trek yang berupa padang sabana, sedikit hutan, dan trek menanjak dengan debu dan kerikil sepanjang perjalanan dapat saya lalui dengan cukup baik. Meskipun terjadi perkiraan logistik yang kurang tepat dan sumber air minum yang sangat minim namun dapat saya dan teman-teman atasi.  

Di trek letter E, tempat saya terhenti, saya sempat tertidur. Bang Yan, salah satu dari guide kami dengan setia menunggui saya. Beliau dengan sabar membantu saya untuk bisa bangkit lagi. Tapi saya tau jika saya paksakan untuk mendaki kembali maka fisik saya akan semakin melemah. Karna itu saya putuskan untuk turun kembali ke Pelawangan, basecamp terakhir kami.
Dengan langkah tersendat-sendat, diiringi jatuh berkali-kali karna trek kerikil yang kami lalui akhirnya pukul 13.00 WITA saya sampai di tenda peristirahatan.

Mencoba berbesar hati, saya ucapkan selamat kepada teman-teman sependakian yang berhasil mencapai puncak. Kegagalan yang akan selalu saya kenang dalam hidup. Jika ada kesempatan, mungkin saya akan mencoba menggapai kembali puncak itu.



pict:





Tidak ada komentar:

Posting Komentar