Senja kelabu itu datang menghampiriku. Menambah tumpukan sesak dalam kalbu. Beginikah warnanya? Telah beberapa senja kulalui dengan kelabu yang mengambang di antara mega. Begitu pula luapan air yang tumpah dari angkasa. Beginikah rasanya? Dingin. Adakah hujan yang menghangatkan??
Segenap jiwa ragaku basah. Tangan, kaki, tubuh, betis, rambut, hatiku pun ikut basah. Kompak, menggenapi kelabunya hari itu. Setiap genangan yang kuinjak menjadi percikan sarat keluhan. Setiap langkah yang teruntai menarik maju pada dunia kenangan. Semakin aku maju, dunia itu semakin mendekat, berkelebat semua yang tak ingin kuingat. Semua yang telah mati, semua yang kubenci, semua yang kurindui, datang satu persatu,. Bagai menonton bioskop terbesar yang pernah ada, mereka hadir di depan mata. Senyum, tawa, ledekan, amarah, hinaan, suara-suara, dan wajah mereka. Ogghh, aku ingin mundur dari sini. Namun senja kelabu itu menahanku. Tak ada hangat yang menyadarkan, tak ada sahabat yang menenangkan, tak jua keluarga yang memelukku. Aku benar-benar sendiri dalam dekapan senja kelabu.
Tak pelak, aku menangis. Menangis, karna tak mampu maju. Menangis, karna tak bisa melupakan. Menangisku terjebak dalam dunia itu, senja yang kelabu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar