Senin, 28 November 2011

saya lupa

Hari ini, saya berjanji akan menemuinya. Saya berangkat pagi buta, pukul empat pagi menuju bandara yang berjarak dua jam dari kediaman saya. Sebelumnya saya harus bangun pukul 2.30 pagi hanya karna rasa rindu itu mengalahkan rasa kantuk saya. Mata saya benar-benar terbuka, tanpa kantuk yang mendera. Ini sungguh ajaib dan saya hanya merasakan gelisah yang teramat parah. Begitu cemas tentang  apa yang akan terjadi di depan mata saya nanti. Tentang hal-hal yang dapat membuat saya terlambat, tentang bagaimana bila dia berubah pikiran, tentang pesawat yang mengalami kecelakaan selama perjalanan, tentang tiket pesawat yang tiba-tiba saja tidak berlaku lagi dan saya benar-benar gelisah, takut, juga cemas tingkat tinggi.


Sudah lebih dari tujuh tahun saya tak bertemu dengannya. Sekarang, inilah waktunya. Waktu dimana keberanian itu datang tiba-tiba. Ketika pikiran saya blank untuk mundur, dan saya menemukannya lewat dunia maya. 
saya : apa kabar?
dia : baik ^_^
saya : saya ingin main ke kotamu, boleh?
dia : tentu saja boleh, mainlah kesini!
saya : saya akan datang hari sabtu, boleh minta no hapemu?
dia : nomerku 081********, kutunggu kabarmu ^_^
saya : baik, tunggu aku. akan ku kabari secepatnya.


Saya telah berada di pesawat yang sebentar lagi akan mendarat. Hati saya semakin kacau. "Hei bodoh! Apa yang akan saya katakan bila saya bertemu nanti dengannya?? Bukankah seharusnya saya sudah membuat catatan kecil untuk percakapan di awal berjumpa! Bagaimana bila saya tidak bisa bicara apa-apa, dan saya tergagap-gagap nanti disana? Hendak ditaroh dimana muka saya??! ARRGGGGHH!"


***Kamu dimana? Jadi kan kesini??*** Sebuah sms muncul sesaat setelah ponsel saya aktifkan. Saat ini saya sudah di dalam taksi yang akan mengantar saya ke alamat pertemuan yang sudah kami janjikan. ***saya di taksi, mungkin saya sampai sebentar lagi**** sms balasan.
***Owh, oke. miss u ^_^*** sms darinya. Dan saya hanya terpaku membaca kalimat terakhir sms itu. Benarkah?


Saya melihatnya. Kali ini benar-benar melihatnya. Wajahnya yang kian mempesona, auranya yang masih terasa saat pertama kali saya mengaguminya. Senyumnya! lihatlah senyumnya semakin manis saja! Dia belum menyadari kehadiran saya. Dia terlihat duduk menunggu saya di sebuah kafe, sambil berbincang-bincang dan tersenyum dengan seorang pelayan, sepertinya sedang memesan minuman. Dan lihatlah saya. Kaki saya sudah terpaku, tepat di depan pintu ketika saya menatapnya. Bahkan untuk melambai pun butuh waktu lima belas menit tersadar dari lamunan saya. 
"Hei!" dia membalas lambaian saya dengan senyuman sambil bangkit berjalan menuju ke arah saya terpaku. Menatap senyumnya membuat saya lemas. Lutut saya terasa goyah, dunia seperti bergoyang kencang. "H...hhh..hhaa..iii!" gagap saya mulai kumat. "Apa kabarmu? Kapan sampe di bandara? Kamu terlihat lebih kurus deh kayaknya, hehehe.." Dia mulai berkicau yang terdengar sangat merdu. "Baik!"jawab saya, cepat dan padat. Tepat dihadapan saya disodorkan tangannya untuk berjabat tangan, dan saya masih saja merekam semua yang dia lakukan agar saya masih bisa mengingatnya untuk waktu ke depan. "Loh, koq bengong! Tangan saya kotor ya, sampai tak mau jabat tangan??" ucapnya sambil menatapku dengan lembut. "Eh iya, ma..af!" saya segera menjabat tangannya. "He..he..he.." dia tertawa kecil. "Kamu masih seperti yang dulu, lucu dan kaku!"dia menatapku dengan gemas. Arrrgggghh, seandainya dia tau perasaanku yang seperti kapal terguncang-guncang...


Saya begitu gembira. Setelah bertahun-tahun hanya merindunya akhirnya saya bisa menemuinya. Rasa itu sontak kembali datang, mengajak saya mengingat kembali pada rasa sepuluh tahun yang silam. Rasa ketika saya benar-benar jatuh cinta. Jatuh cinta pada dia seorang yang tak mungkin akan pernah saya temui pada belahan dunia lainnya. Dia yang bisa membuat saya kram kepala saat memikirkannya. Dia yang mengisi penuh tempat di hati ini. Dia yang tiba-tiba menghilang dalam hidup saya tanpa kabar berita. Dan kini dia berada di hadapan saya, lengkap, mengobati segala kerinduan yang saya derita.




Dia masih saja bicara, dan saya hanya mendengarkan, tersenyum, atau menjawab sepatah dua patah kata. Saya merasa sangat sempurna bersamanya. Guyonan-guyonan yang dia lemparkan, tatapannya yang membuat tenang. Wahaaiii siapa yang dapat menggantikan?? 
"Oh, ya. sebentar lagi seseorang akan datang. Aku akan mengenalkannya padamu!" tukasnya, masih sambil tersenyum. "Ohh, siapa?" tanyaku. "Sebentar lagi datang, koq!" dia menyeruput juice orangenya. Saya hanya mengangguk-angguk. Tak lama kemudian dia tiba-tiba berdiri, melambai tangan pada seseorang yang kurasa akan ia kenalkan pada saya. "Nah inilah orang yang akan kuperkenalkan padamu" ucapnya saat orang itu telah mendekat, menghampiri kami. "Kenalkan, ini kekasihku. Bulan depan kami akan menikah, aku ingin kau hadir di acara pernikahanku!. Kamu bisa kan datang?" dia bertanya lembut kepada saya sembari menepuk-nepuk pundak "seseorang" yang dia bilang kekasih itu. Pandangan saya sontak berubah gelap, tiga perempat jiwa saya tiba-tiba terasa melayang, dan seperempat lagi ikut terhempas bersama tubuh saya di lantai...

Saya lupa. Saya belum mengatakan cinta padanya. Dia belum mengetahui perasaan saya padanya. Saya sungguh-sungguh terlalu lupa, dia adalah pesona yang akan diperjuangkan seluruh jiwa yang pernah menemuinya. Saya bukan apa-apa baginya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar